TEMPO.CO, Jakarta - Nilai ekspor Indonesia dalam sepanjang Januari 2019 menunjukkan penurunan dibandingkan tahun lalu sehingga memperbesar defisit neraca perdagangan Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut kondisi ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi dan perdagangan di negara tujuan utama ekspor Indonesia ikut menurun, salah satunya yaitu Cina.
Baca juga: Aturan Ekspor Baru, Sri Mulyani: Eksportir Bisa Hemat Rp 314 M
"Ekspor turun banyak ke China, padahal dia nomor satu," kata Darmin di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat, 15 Februari 2019. Untuk diketahui 13,52 persen produk ekspor Indonesia dikirim ke Cina. Ini merupakan negara tujuan terbesar setelah Amerika Serikat 11,97 persen, dan Jepang 9,47 persen.
Saat ini, komoditas unggulan ekspor Indonesia ke Cina masih berkutat pada minyak nabati seperti crude palm oil (CPO) alias minyak kelapa sawit dan bahan bakar mineral seperti batu bara. Namun, harga dan permintaan untuk kedua komoditas ini tengah anjlok sehingga membuat ekspor Indonesia pun tertekan. "Produk yang kita ekspor ke Cina, tidak mudah dialihkan ke negara lain, karena itu hasil pertambangan dan perkebunan."
Sebelumnya pada hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS ) baru saja mengumumkan angka defisit perdagangan pada Januari 2019 sebesar US$ 1,16 miliar. Angka itu naik tipis ketimbang pada Desember 2018 yang sebesar US$ 1,03 miliar dan melonjak hampir 53 persen ketimbang Januari 2018 yang hanya sebesar US$ 756 juta.
Nah pada Januari 2019, ekspor Indonesia mencapai US$ 13,87 miliar atau turun 4,6 persen year-on-year (yoy). Saat ini, mayoritas atau sekitar 91,1 persen ekspor Indonesia adalah produk non-migas. Lalu dua komponen terbesar non-migas itupun adalah minyak nabati dan bahan bakar mineral. Keduanya kompak mengalami penurunan ekspor pada awal tahun ini, masing-masing 12,47 persen dan 15,2 persen.
Walhasil, total ekspor produk Indonesia ke Cina pada Januari 2019 hanya sekitar US$ 1,71 miliar atau turun 10 persen dari Januari 2018 yang sebesar US$ 1,92 miliar. Penurunan ekspor Cina menempati peringkat kedua setelahpenurunan ekspor Jepang yang mencapai 13,6 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi ketimbang penurunan ekspor ke Amerika yang hanya 1,9 persen.